HIKAYAT SI PENCARI GARA-GARA
Kita tentunya tidak suka jika ada orang yang mencari gara-gara terhadap kita. Kita mungkin akan menghindarinya atau mungkin kita akan menanggapinya dengan memarahinya dan menasihatinya untuk tidak melakukan hal itu lagi. Apa yang akan Anda lakukan jika orang yang mencari gara-gara itu adalah anak Anda sendiri atau orang yang Anda kasihi? Di dalam Alkitab ada seorang pemimpin yang ditugaskan Allah untuk mencari gara-gara atau mencari keributan terhadap orang lain. Dia adalah Simson.
Simson adalah seorang hakim Allah, mungkin yang terakhir sebelum Samuel. Ayahnya adalah Manoah (Hak. 13:2). Dia adalah seorang Nazir dari suku Dan (Hak 13: 5). Simson adalah seorang laki-laki yang dikenal dengan kekuatannya yang luar biasa, seorang raksasa. Dia sangat membenci orang Filistin yang telah menindas Israel sekitar 40 tahun, dan bersedia untuk melawan mereka sendirian (Hak 13:1).
Kisah Simson – si pencari gara-gara - dapat kita lihat dalam kitab
Hakim-hakim 14-16. Kisah hidupnya dapat dibagi kedalam tiga bagian:
I. MENCARI GARA-GARA TERHADAP ORANG FILISTIN
Bagian pertama dari kehidupan Simson adalah seorang yang mencari gara-gara terhadap orang Filistin. “Tetapi ayahnya dan ibunya tidak tahu bahwa hal itu dari pada TUHAN asalnya: sebab memang Simson harus mencari gara-gara terhadap orang Filistin. Karena pada masa itu orang Filistin menguasai orang Israel (Hak. 14:4).
Simson memiliki misi dari Allah untuk mencari gara-gara terhadap orang-orang Filistin. Kita tidak tahu pada usia berapa dia memulaikan misi Allah ini, yang pasti dia masih muda. Kata “mencari gara-gara” datang dari kata ibrani “ta'ănâh” yang artinya “suatu usaha untuk bertengkar.” Arti yang lain dalam bahasa Indonesia adalah “mencari keributan atau kerusuhan.” Rencana Allah melalui misi ini adalah supaya orang Israel dapat dilepaskan dari kuasa orang Filistin.
Untuk menjalankan misinya itu Allah memberikan kepadanya kekuatan yang besar, kita dapat melihat kekuatan Simson dalam beberapa kisah berikut: 1). Mencabik-cabik seekor singa (Hak 14:5-6), 2). Memukul mati 30 orang Filistin (Hak. 14:19), 3). Menangkap 300 ekor anjing hutan dan mengikat obor kepada setiap 2 ekor dan membakar ladang gandum orang Filistin (Hak.15:4,5), 4). Memukul mati 1000 orang Filistin dengan rahang keledai (Hak. 15:14-15) dan 5). Mengangkat 2 daun pintu gerbang kota Gaza (Hak. 16:3)
Kekuatan Simson bukanlah berasal dari rambut panjangnya, seperti yang dipikirkan oleh banyak orang, sehingga mereka memelihara rambut mereka menjadi panjang. Kekuatannya yang besar itu berasal dari kehadiran Roh Kudus. Alkitab selalu menggunakan kalimat “berkuasalah roh Tuhan atas dia” pada saat dia mendapatkan kekuatan yang besar itu (Hak. 14:6; 14:19; 15:4). Roh Tuhan ada bersama-sama dengannya sejak ia memulaikan misinya (Hak. 13:25).
Sebagaimana Simson, kita memiliki misi untuk dilakukan, yaitu misi penyelamatan
jiwa-jiwa (Mat. 28:19-20) dan agar misi ini berhasil kita memerlukan kuasa Roh
Kudus yang sama. Yesus pernah menjanjikan kuasa ini “Aku akan minta kepada
Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai
kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. (Yoh. 14:16,17). “Tetapi Penghibur,
yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan
mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang
telah Kukatakan kepadamu” (Yoh. 14:26).
II. MENCARI GARA-GARA TERHADAP ORANG TUA
Bagian kedua dari kehidupan Simson adalah seorang yang mencari gara-gara terhadap orang tua, perhatikan sikap Simson ketika dia tidak mau mendengar nasihat dari orang tuanya. “Simson pergi ke Timna dan di situ ia melihat seorang gadis Filistin. Ia pulang dan memberitahukan kepada ayahnya dan ibunya: "Di Timna aku melihat seorang gadis Filistin. Tolong, ambillah dia menjadi isteriku." Tetapi ayahnya dan ibunya berkata kepadanya: "Tidak adakah di antara anak-anak perempuan sanak saudaramu atau di antara seluruh bangsa kita seorang perempuan, sehingga engkau pergi mengambil isteri dari orang Filistin, orang-orang yang tidak bersunat itu?" Tetapi jawab Simson kepada ayahnya: "Ambillah dia bagiku, sebab dia kusukai." (Hak. 14:1-3).
Simson tidak mau mendengar nasihat dari orang tuanya untuk mengambil istri dari antara bangsa israel. Dijelaskan bahwa hal itu dilakukan oleh Simson untuk mencari gara-gara terhadap orang Filistin (Hak.14:4). Tetapi haruskah Simson mencari gara-gara terhadap orang Filistin dengan mengambil istri dari antara orang Filistin? Jawabannya tidak harus. Simson dapat tetap mencari gara-gara terhadap orang Filsitin meskipun dia menikah dengan seorang perempuan dari orang Israel, jadi pilihannya untuk mengambil istri dari perempuan asing bukanlah oleh kuasa Roh Kudus tetapi oleh pilihannya sendiri.
Roh Nubuat menjelaskan pilihannya itu: “Segera setelah ia memasuki masa dewasa, waktu di mana ia harus melaksanakan tugas Ilahi nya—waktu di mana lebih daripada yang lainnya ia harus setia kepada Tuhan—Simson telah menghubungkan dirinya dengan musuh Israel. Ia tidak bertanya apakah ia akan dapat lebih memuliakan Allah apabila ia bersatu dengan orang yang menjadi pilihannya itu, atau apakah ia sedang menempatkan dirinya sendiri dalam satu keadaan di mana ia tidak akan dapat menggenapi tujuan yang harus dilaksanakan oleh hidupnya. Kepada semua orang yang lebih dulu mencari kehormatan bagi Dia, Allah telah menjanjikan hikmat; tetapi tidak ada janji kepada mereka yang cenderung mencari kesenangan diri sendiri.” (Sejarah Para Nabi, Vol. 2, hal. 188).
Alkitab mencatat bahwa ada tiga kali Simson mencari gara-gara terhadap orang tuanya dengan menyukai 3 perempuan asing: 1). Seorang perempuan Filistin di Timna (Hak. 14:1-2), 2). Seorang perempuan Sundal Filistin di Gaza (Hak. 16:1, 2), dan 3). Seorang perempuan lembah Sorek, Delilah (Hak. 16:4). Kelihatannya Simson tidak belajar dari kesalahannya, sehingga sampai tiga kali dia melakukan kesalahan yang sama. Perhatikan juga bahwa sampai tiga kali Delila menipunya untuk mencari tahu sumber kekuatannya, tetapi ia tidak menyadarinya karena telah dibutakan oleh nafsu (Hak. 16:4-22).
Kisah Simson memberikan pelajaran khusus kepada anak-anak dan orang muda tentang pentingnya untuk mendengar nasihat dari orang tua. “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi” (Efesus 6:1-3). Kisah ini juga menasihati semua anggota jemaat untuk mendengarkan nasihat yang diberikan oleh para pemimpin mereka. Rasul Paulus menasihatkan: “Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain” (1Tes. 5:12, 13).
Kisah Simson juga menasihatkan kepada orang-orang muda gereja untuk
memilih pasangan yang seiman. Roh Nubuat menulis: “Betapa banyak orang yang
sedang mengikuti jalan yang sama seperti yang dijalani oleh Simson! Betapa
seringnya perkawinan diadakan di antara orang yang saleh dengan orang yang
fasik, oleh karena kecenderungan pribadi memerintah di dalam memilih suami atau
istri! Mereka tidak meminta nasihat dari Allah, ataupun memikirkan tentang
kemuliaan-Nya... Setan senantiasa berusaha menguatkan kuasanya ke atas diri
umat Allah dengan jalan memperdayakan mereka untuk memasuki suatu persekutuan
dengan pengikutnya; dan untuk melaksanakan hal ini ia berusaha membangkitkan nafsu
yang tidak disucikan di dalam hati.” (Sejarah Para Nabi, vol. 2, hal. 188).
III. MENCARI GARA-GARA TERHADAP ALLAH
Bagian ketiga dari kehidupan Simson adalah seorang yang mencari gara-gara terhadap Allah. Lalu berserulah perempuan itu: "Orang Filistin menyergap engkau, Simson!" Maka terjagalah ia dari tidurnya serta katanya: "Seperti yang sudah-sudah, aku akan bebas dan akan meronta lepas." Tetapi tidaklah diketahuinya, bahwa TUHAN telah meninggalkan dia (Hak. 16:20).
Simson mencari gara-gara terhadap Allah ketika dia mengabaikan perintah Allah dalam menjalankan misinya. Simson adalah seorang nasir Allah sehingga dalam kehidupannya ia harus selalu hidup di dalam peraturan hidup orang nazir Allah. Aturan itu dapat kita lihat dalam Bilangan 6, dimana seorang nazir Allah harus: 1). mengkhususkan dirinya bagi Tuhan (ay. 2), 2). Jangan makan sesuatu apapun dari yang berasal dari pohon anggur pohon anggur, dari bijinya sampai kepada pucuk rantingnya (ay. 3-4), 3). Pisau cukur jangan lalu dari kepalanya, biarkan rambut tetap panjang (ay. 5), dan 4). Jangan dekat kepada mayat (ay. 6-12).
Alkitab mencatat ada tiga kali Simson melanggar aturan Allah itu: 1). Ia makan madu dari bangkai seekor singa yang ia bunuh, padahal sebagai Nazir Allah ia tidak boleh kena pada mayat (Hak. 14:8,9; Bil. 6:6), 2). Ia minum anggur, padahal sebagai seorang nazir tidak boleh minum anggur (Hak. 14:10; Bil. 6:4), dan 3). Ia membiarkan rambutnya dipotong oleh Delilah, padahal rambutnya tidak boleh kena pisau cukur (Hak. 16:19; Bil. 6:5). Akibatnya sangat fatal: Ia jatuh ke tangan musuhnya, kedua matanya dicungkil, dan ia harus bekerja menggiling dalam penjara (Hak. 16:21).
Roh Nubuat menjelaskan: “Perlindungan Allah telah menyertai Simson, agar ia dapat disediakan untuk melaksanakan pekerjaan yang untuknya ia telah dipanggil. Dari sejak kecil ia dikelilingi oleh satu lingkungan yang baik untuk kekuatan jasmaninya, kesegaran pikirannya dan kesucian moralnya. Tetapi di bawah pengaruh pergaulan yang jahat ia telah melepaskan pegangannya dari Tuhan yang merupakan satu-satunya pelindung manusia, dan ia pun telah dihanyutkan oleh arus kejahatan. Mereka yang berada pada jalan tugas dan dibawa kepada ujian bisa merasa pasti bahwa Allah akan memeliharakan mereka; tetapi jikalau manusia dengan sengaja menempatkan diri mereka di bawah kuasa penggodaan, mereka akan jatuh, lambat atau segera.” (Sejarah Para Nabi, vol. 2, hal. 195).
Seperti Simson, sebagai umat Allah kita harus tahu bahwa kita adalah Nazir Allah. “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (1 Pet. 2:9). Sebagai nazir Allah biarlah kita mempersembahkan kehidupan kita kepada Allah, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (Rom 12:1 band. 1Kor. 6:19, 20).
Syukurlah pada bagian akhir dari kehidupannya, Simson menyesali dosa dan kesalahan yang telah ia perbuat. Ia bertobat dan ia berdoa kepada Allah dan meminta agar kekuatannya kembali untuk menyelesaikan misinya. Tuhan menjawab doanya itu dan dalam satu kesempatan yang terakhir ia dapat membunuh lebih banyak orang Filistin. Alkitab menyatakan “Yang mati dibunuhnya pada waktu matinya itu lebih banyak dari pada yang dibunuhnya pada waktu hidupnya” (Hak. 16:30). Jadi misi utamanya untuk mencari gara-gara terhadap orang Filistin boleh dikatakan berhasil.
Jadi pelajaran-pelajaran rohani apakah yang dapat kita pelajari dari
kehidupan Simson – si pencari gara-gara: Pertama, sebagai umat Allah kita
memiliki misi, yaitu penyelamatan jiwa-jiwa, dan sebagaimana Simson, Allah
telah menyediakan kuasa Roh Kudus bagi kita semua untuk menyelesaikan misi ini.
Kedua, khusus kepada anak-anak dan orang muda sangat penting bagi mereka untuk
mendengarkan setiap nasihat dari orang tua, dan juga bagi anggota jemaat untuk mendengarkan
setiap nasihat pimpinan Gereja. Ketiga, sebagai nazir Allah di akhir zaman ini
kita harus menghidupkan suatu kehidupan yang sesuai dengan setiap perintah
Allah. Amin.
Brussi Soriton, Pendeta GMAHK Wilayah Siau
1, Daerah Misi Nusa Utara, Mei 2020.
Komentar
Posting Komentar