JANGAN STRES UNTUK MENJADI ORANG YANG BERIKUTNYA
Seorang pendeta suatu hari sedang mengunjungi sebuah biara. Ketika di dalam perjalanan untuk makan siang, ia dan sahabatnya melewati tempat pekuburan dan melihat sebuah kubur yang terbuka. Dia kemudian bertanya kepada para biksu yang tinggal di biara itu jika ada seorang biksu yang meninggal baru-baru ini. Dia kemudian mendapat jawaban. “Tidak ada. Kuburan yang terbuka itu disediakan bagi orang yang berikutnya!”—jadi setiap hari, tiga kali sehari, pada saat para biksu itu pergi makan dan melewati pekuburan itu, mereka akan diingatkan bahwa salah seorang dari mereka akan menjadi orang yang berikutnya”
Virus Corona COVID-19 yang kita hadapi saat ini menyebabkan banyak orang ketakutan dan mengalami stres. Kebanyakan stres dipicu oleh merasa sendirian saat karantina, khawatir dengan keadaan dunia yang tidak pasti, dan sangat takut untuk “menjadi orang yang berikutnya” – meninggal dunia.
Sebagai orang Kristen kita tidak perlu takut menghadapi kematian. Perhatikan apa yang ditulis Paulus kepada Timotius, saat ia berada di dalam penjara dan sedang menantikan penghukumannya dalam 2 Timotius 4:6-8:
“Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.”
Saat Paulus menulis surat 2 Timotius ia sedang berada dalam penjara di Roma sekitar tahun 67 AD. Ini adalah surat terakhir Paulus yang ditujukan kepada Timotius untuk menyatakan pesan dan nasihat dalam pelayanan (4:6). Pada saat menulis surat ini, dia sedang menderita karena dianggap sebagai seorang penjahat (2:9), merasa sendirian karena banyak sahabatnya telah meninggalkannya (4:10,11), dan ia menyadari bahwa pelayananannya akan segera berakhir dan kematiannya sudah dekat (4:6-8, 18). Diluar penjara, Kaisar Nero sedang berusaha untuk menghentikan perkembangan ajaran Kristen dengan penganiayaan yang kejam (Seventh-day Adventist Bible Commentary, Vol. 7. Hal. 325).
2 Timotius 4:6-8 memberikan kepada kita 3 alasan kenapa Paulus tidak takut untuk menghadapi kematian:
Alasan pertama, KARENA IA TELAH MEMILIKI KEHIDUPAN YANG HARUM DIHADAPAN ALLAH. “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat” (ay. 6).
Paulus telah siap bagi kematian. Dia telah menyerahkan kehidupannya bagi Yesus sejak di jalan ke Damaskus. Saat menulis ayat ini, dia tahu bahwa waktu kematiannya sudah dekat, tetapi ia tidak takut, karena ia menganggap bahwa kematian adalah keuntungan: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Fil. 1:21).
Kalimat "darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan" menunjuk kepada kebiasaan seorang imam besar di Perjanjian Lama (Bilangan 15:7) ketika dia masuk ke dalam bilik yang kudus untuk memberikan persembahan anggur dimana anggur itu akan dicurahkan diatas roti diatas meja roti sajian. Persembahan itu kemudian menjadi bau-bau yang harum dihadapan Tuhan (Kel. 29:40, 41; Im. 23:13).
Apakah kita sudah menyerahkan hidup kita sebagai persembahan kepada Allah? Menyerahkan hidup kita sebagai persembahan curahan yang menjadi bau harum dihadapan Allah? “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Roma 12:1).
Alasan Kedua kenapa Paulus tidak takut dengan kematian KARENA IA TELAH MEMELIHARA IMAN. “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” (ay. 7).
Paulus telah memelihara iman di dalam kehidupannya. Kata “memelihara,” diambil dari kata Yunani ‘tereo’ yang memiliki arti “menjaga dengan sangat hati-hati.” Kata ini digunakan sebanyak 4 kali dalam Perjanjian Baru.
Paulus menggambarkan kehidupannya sama dengan pertandingan lari “pertandingan... garis akhir.” Ayat ini sama seperti yang ia tuliskan kepada jemaat di Korintus: “Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!” (1 Kor. 9:24).
Kehidupan manusia adalah sama seperti pertandingan lari, lebih tepat lari maraton dana bukan lari sprint, karena kemenangan ditentukan bukan karena kecepatan tetapi karena tetap bertahan dan tidak menyerah.
Kita semua sedang berada didalam pertandingan iman, karena itu tunjukkan melalui kehidupan bahwa kita masih memelihara iman dalam Yesus Kristus. Tetapi, sayang banyak orang Kristen sekarang ini, tidak tahu iman seperti apa yang mereka miliki, bahkan banyak yang telah kehilangan iman. Ingat, hanya Iman dalam Yesus saja yang akan menjadikan kita pemenang (Yoh. 3:16).
Alasan ketiga kenapa Paulus tidak takut dengan kematian KARENA IA MEMILIKI PENGHARAPAN MENDAPATKAN HIDUP KEKAL. "Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya" (ay. 8)
Pada zaman Paulus, para atlet yang menang dalam suatu pertandingan, akan mendapatkan mahkota dari daun pohon zaitun, harta kekayaan, dan mendapatkan nama kemudian dicatat dalam sejarah. Paulus memandang dengan iman bahwa ia akan mendapatkan mahkota kebenaran, yaitu hidup kekal, yang akan diberikan sendiri oleh Yesus pada saat ia datang kedua kali.
Kedatangan Yesus kedua kali adalah merupakan pengharapan terbesar orang Kristen. Tujuan kedatangan-Nya adalah untuk menjemput umat-umat-Nya dan memberikan upah mereka: Hidup Kekal dan Kerajaan Surga. Pada akhirnya antrean itu “menjadi orang yang berikutnya” akan berakhir karena di dalam kerajaan Surga sudah tidak ada lagi kematian: “Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu" (Wahyu 21:3, 4).
Paulus juga mengatakan “kemenangan ini bukan hanya pada satu orang tetapi bagi semua orang yang menantikan kedatangannya.” Setiap orang Kristen akan dapat mendapatkan kemenangan ini jika kita memelihara iman dalam Yesus. “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita (Roma 8:37).
Sebagai orang kristen kita tidak perlu takut dengan kematian jika kita sudah menerima Yesus Kristus dan menjadikan Dia sebagai TUHAN dan Juruselamat. Saat kita menghadapi krisis pandemi virus corona ini, mari kita mengikuti teladan rasul Paulus untuk menyerahkan kehidupan kita sebagai persembahan yang harum dihadapan Allah, untuk menjaga dan memelihara iman kita pada Yesus, dan tetap berpegang pada pengharapan besar kedatangan-Nya kedua kali.
HANYA DI DALAM YESUS KRISTUS, KITA SEMUA ADALAH PEMENANG.
Amin.
Komentar
Posting Komentar