LAIN JIWA SI KALEB
Gundagai adalah sebuah kota kecil di
Australia di antara kota Melbourne menuju kota Canberra. Kota ini memiliki
kisah yang melegenda. Pada abad ke-19, seorang penjelajah bersama dengan seekor
anjing pergi masuk hutan. Si penjelajah kemudian masuk lebih jauh kedalam hutan
dan menyuruh anjingnya untuk menjaga tempat makanan “tucker box” yang
dibawanya. Tetapi si penjelajah meninggal di dalam hutan dan tidak pernah kembali. Anjing itu setia dan
taat tetap menjaga tempat makan itu selama bertahun-tahun sampai anjing itu
mati. Untuk memperingati kesetiaan dan ketaatan anjing itu maka penduduk membangun
sebuah monumen peringatan dan mengadakan perayaan setiap tahun di kota Gundagai.
Anjing dari Gundagai itu memiliki
sifat yang sama dengan semua anjing-anjing peliharaan yang lain, yaitu setia
kepada tuannya. Jika dilatih dengan baik, seekor anjing akan sangat setia dan
sangat taat pada tuannya. Alangkah indahnya jika umat-umat Allah di akhir zaman
ini memiliki kesetiaan dan penurutan seperti seekor anjing kepada Allah dan
Firman-Nya.
Di dalam Alkitab ada seorang tokoh
Alkitab yang memiliki kesetiaan dan penurutan seperti seekor Anjing kepada tuannya.
Dia adalah Kaleb, dan kebetulan namanya memiliki arti seekor Anjing. Ya, nama
Kaleb berarti Anjing (Seventh-day Adventist Bible Dictionary, hal. 173). Mari
kita lihat kehidupannya. Ada tiga bagian hidup yang dituliskan dalam Alkitab
yang menunjukkan kesetiaannya kepada Allah. Kehidupan Kaleb dituliskan dalam Bilangan
13 dan 14, dan Yosua 14.
I.
YANG MUDA, YANG ROHANI
Bagian pertama kehidupan Kaleb, adalah gambaran
dari seorang YANG MUDA, YANG ROHANI. Alkitab menulis bahwa Kaleb adalah seorang
pemimpin suku Yehuda yang ditugaskan oleh Musa bersama-sama dengan sebelas
pemimpin yang lain dari suku-suku israel untuk mengintai tanah Kanaan (Bil.
13:6). Setelah mereka mengintai selama 40 hari, kembalilah mereka dan bertemu
dengan Musa dan orang Israel di padang gurun Paran dan memberikan laporan
tentang keadaan negeri kanaan; tentang hasil bumi, kota-kota mereka dan
kehidupan penduduknya. (Bil. 13:25-27).
Laporan dari 10 pengintai, membuat
orang-orang israel takut untuk maju dan menyerang tanah kanaan. Mereka berkata
bahwa "Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang
negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya. Hanya,
bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat
besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana... Juga kami lihat di sana
orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami
lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap
kami." (Bil. 13:27-28, 32-33). Laporan ini membuat bangsa Israel
bersungut-sungut dan memaksa Musa untuk segera kembali ke Mesir.
Tetapi Kaleb dan Yosua bin Nun, seorang pengintai
dari suku Efraim (Bil. 13:8) mencoba untuk menentramkan bangsa Israel dengan
berkata: "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa
baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk
ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang
berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada
TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita
telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN
menyertai kita; janganlah takut kepada mereka." (Bil. 14:6-8). Tetapi,
perkataan kedua orang muda itu tidak diterima oleh orang Israel bahkan mereka
menjadi marah dan ingin melontari Kaleb dan Yosua dengan batu sampai mati.
(Bil. 14:10).
Di bagian akhir cerita, Allah menghukum orang
Israel. Perjalanan mereka yang tinggal beberapa hari lagi untuk tiba di Kanaan
diubah Tuhan menjadi 40 tahun oleh Allah. Hukuman ini dibuat Allah agar mereka
semakin mengenal-Nya dan bergantung pada kuasa-Nya. Allah juga menghukum 10
pengintai yang lain dengan wabah dan mereka semua binasa (Bil. 14:36-38). Sedangkan
Kaleb dan Yosua, mendapatkan janji untuk masuk dan melihat tanah Kanaan. Kisah
ini menyatakan betapa bahayanya untuk meragukan kuasa Allah.
Kaleb adalah seorang pemuda yang rohani.
Orang muda yang setia dan percaya pada kuasa Allah. Gereja saat ini membutuhkan
orang-orang muda seperti Kaleb, orang-orang muda yang percaya pada Allah dan
selalu bergantung pada kuasa-Nya. Biarlah semua orang muda gereja mengingat nasihat
Paulus kepada Timotius: “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena
engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam
tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu” (1 Tim.
4:12).
II.
YANG DEWASA, YANG
SETIA
Bagian kedua kehidupan Kaleb adalah
gambaran hidup dari seorang YANG DEWASA, YANG SETIA. Musa menulis “Kecuali
Kaleb bin Yefune. Dialah yang akan melihat negeri itu dan kepadanya dan kepada
anak-anaknya akan Kuberikan negeri yang diinjaknya itu, karena dengan sepenuh
hati ia mengikuti TUHAN” (Ulangan 1:36)
Ulangan pasal 1 berisi tulisan Musa yang
menjelaskan kembali kisah perjalanan bangsa israel dari Mesir. Saat itu orang
Israel sudah sangat dekat dengan tanah Kanaan. Dalam tulisannya, Musa menjelaskan
kenapa hanya Kaleb dan Yosua, angkatan yang keluar dari tanah Mesir, yang dapat
tetap tinggal hidup dan dapat memasuki tanah kanaan. Ulangan 1:36 merupakan
kegenapan dari janji Allah kepada Musa 40 tahun sebelumnya: “Tetapi hamba-Ku
Kaleb, karena lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya,
akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu, dan keturunannya akan
memilikinya.” (Bilangan 14:24).
Allah berkata kepada Musa bahwa Kaleb
memiliki “lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku dengan sepenuhnya.”
Kaleb mempunyai “lain Jiwa,” frase itu diambil dari bahasa Ibrani yang berarti “roh
yang lain” (another spirit). Frase ini menjelaskan bahwa kehidupan Kaleb adalah
kehidupan yang dituntun oleh kuasa Roh Kudus. Hal inilah yang membuat kehidupan
Kaleb berbeda dengan para pengintai dan orang israel yang lain, dan hal inilah
yang membuatnya dapat “mengikuti Allah dengan sepenuh hati.” Sepanjang
hidupnya, Kaleb tidak bersungut-sungut, ia tidak takut dan khawatir, ia tidak meragukan
Allah dan selalu percaya sungguh-sungguh pada kuasa Allah.
Kita membutuhkan kuasa Roh Kudus yang
sama di akhir zaman ini untuk menyelesaikan pekerjaan Allah. Roh Nubuat menulis
“Sejak permulaan, Allah telah bekerja melalui Roh Kudus-Nya, dengan perantaraan
manusia untuk melaksanakan maksud-Nya bagi kepentingan bangsa yang telah jatuh...
Roh yang sama yang menunjang bapa-bapa dan yang memberikan kepada Kaleb dan
Yosua iman dan keberanian menjadikan pekerjaan sidang rasul-rasul itu berhasil,
telah menjunjung tinggi anak-anak Allah yang setia pada tiap-tiap zaman
berturut-turut.” (Kisah Para Rasul, hal. 44).
III. YANG TUA, YANG KELADI
Bagian ketiga kehidupan Kaleb, adalah
gambaran dari seorang YANG TUA YANG KELADI – SEMAKIN TUA SAMAKIN JADI. Gambaran
hidup itu dapat kita lihat dalam Yosua pasal 14: “Oleh sebab itu, berikanlah
kepadaku pegunungan, yang dijanjikan TUHAN pada waktu itu, sebab engkau sendiri
mendengar pada waktu itu, bahwa di sana ada orang Enak dengan kota-kota yang
besar dan berkubu. Mungkin TUHAN menyertai aku, sehingga aku menghalau mereka,
seperti yang difirmankan TUHAN." (Yosua 14: 12).
Ketika orang Israel telah menduduki
tanah kanaan, Kaleb sudah berumur 85 tahun (Yos. 14:10), sudah tua, tetapi ia menunjukkan
bahwa semakin tua, semakin menjadi. Dia semakin percaya pada kuasa Allah. Dia
datang kepada Yosua dan meminta pegunungan Hebron untuk menjadi miliknya. Sesuai
dengan janji Allah kepadanya melalui nabi Musa 45 tahun yang lalu (Yos.
14:9-11). Pegunungan Hebron adalah tempat yang tinggi. Penduduknya adalah
keturunan orang Enak, yang merupakan keturunan Raksasa (Ul. 13:22). Selain itu di
pegunungan itu terdapat banyak kota-kota besar, banyak penduduk berarti banyak
prajurit, dan kota-kota itu berbenteng, sangat kuat (Bil. 13:22, 28, 29, 32,
33).
Kaleb tidak takut untuk menghadapi musuh,
ia tidak memiliki sikap yang sama seperti bani Yusuf yang penakut padahal
mereka adalah salah satu suku Israel yang paling besar (Yos. 17:14-18). Kaleb
tidak bermalas-malasan dan menunggu perintah untuk melakukan pekerjaannya, seperti
yang dilakukan oleh tujuh suku Israel yang lain (Yos. 18). Ketika dia mendapat
tugas dia segera melakukannya dan percaya bahwa Allah akan membantu-Nya.
Kaleb tidak mengeluh kepada Allah dan
bersungut-sungut didalam hatinya, “kenapa Allah memberikan tanah yang sulit
kepadanya?” atau kenapa “dimasa tua ini saya harus pergi berperang melawan
musuh yang kuat?” Kaleb tidak pernah tawar hati kepada Allah. Dia juga tidak merasa iri hati kepada Yosua
yang menjadi pengganti Musa untuk memimpin orang Israel. Kaleb datang menghadap
Yosua untuk meminta pegunungan Hebron (Yos. 14:6), merupakan suatu tanda bahwa
ia menghormati kepemimpinan Yosua.
Teladan hidup Kaleb di masa tuanya,
biarlah dapat diikuti oleh umat-umat Allah di zaman akhir ini. Semakin tua
semakin menjadi dalam beribadah kepada Allah, dalam berdoa, dalam melayani, dan
dalam penginjilan. Tidak suka mengeluh dan bersungut-sungut dengan masa sulit
karena sudah tua. Tidak iri hati jika ada orang tua lain, saudaranya, yang
diangkat menjadi seorang pemimpin di dalam jemaat, tetapi mau mendukung
kepemimpinannya.
Pada akhirnya nama Kaleb, yang pada
awalnya berarti seekor anjing, dari kata Ibrani kelev, sekarang ini memiliki pengertian lain karena karakternya
yang luar biasa yang ia tunjukkan kepada Allah, namanya diartikan sebagai ‘yang
sepenuh hati,’ dari gabungan dua kata ibrani ‘kal’ dan ‘lev’ (www.behindthename.com).
Arti namanya ini sesuai dengan perkataan Allah dalam Ulangan 1:36 “karena
dengan sepenuh hati ia mengikuti TUHAN.”
Roh Nubuat menulis “Iman Kaleb kepada Allah
yang memberinya keberanian; yang menjauhkannya dari rasa takut akan manusia,
bahkan dari para raksasa yang perkasa, keturunan Enak, dan memungkinkannya
untuk berdiri dengan berani dan teguh dalam membela kebenaran. Dari sumber kekuatan
yang sama, Jenderal yang luar biasa dari pasukan surga, setiap prajurit sejati
dari salib Kristus akan menerima kekuatan dan keberanian untuk mengatasi setiap
rintangan yang tampaknya tidak dapat diatasi... Kita menginginkan Kaleb-Kaleb
masa sekarang.” (Colporteur Ministry, hal. 117).
Ya benar. Kita membutuhkan banyak Kaleb saat
ini. Kita harus menjadi seperti Kaleb dalam kehidupan kita sebagai umat-umat
Allah di akhir zaman ini. Mari kita menjadi orang-orang muda yang rohani,
menjadi orang-orang dewasa yang setia dan dipenuhi dengan Roh Kudus, dan mari menjadi
orang-orang tua yang semakin semangat di dalam pekerjaan Tuhan. Hidup bersama dengan
Allah dalam kesetiaan menuruti firman-Nya akan membuat kita menjadi pemenang. “Hendaklah
engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”
(Wahyu 2:10). Amin.
Brussi
Soriton, Pendeta GMAHK Wilayah Siau 1, Daerah Misi Nusa Utara, Mei 2020.
Komentar
Posting Komentar