KETIKA SUPERMAN DI KARANTINA
Yesus dan murid-murid pada
suatu hari mengunjungi daerah Gerasa di bagian timur Danau Galilea (Matius
8:28-34; Markus 5:1-22 dan Lukas 8:26-39). Kemungkinan sekarang ini adalah desa
Kursi, 12 Km disebelah utara, kota Gadara. Wilayah ini adalah wilayah yang
kurang penduduknya dan kemungkinan pada masa Yesus, tempat ini di jadikan
sebagai pekuburan dan tempat menggembalakan ternak. Tujuan mereka datang ke
tempat itu untuk menikmati istirahat sejenak dari pelayanan agar mereka memiliki
kesempatan untuk makan dan tidur (Markus 3:20).1
Ketika Yesus dan murid-murid
baru saja tiba di pantai Gerasa, mereka bertemu dengan seorang yang luar biasa,
seorang yang lebih hebat dari badai tadi malam, seorang yang boleh kita sebut “superman”
atau “manusia super” (Markus dan Lukas menulis hanya satu orang, sedangkan
Matius menulis ada dua orang, saya mengikuti tulisan Markus dan Lukas). Dia
datang dengan berlari dan kelihatannya hendak menyerang Yesus.
Alkitab menjelaskan bahwa
orang ini adalah seorang yang super. Perhatikan gambaran dari Markus dan Lukas
tentangnya: Pertama, dia ini super kuat karena dia dapat memutuskan semua rantai
besi yang membelenggunya dan tidak ada seorangpun yang dapat mengikatnya (Mark.
5:3, 4) dan ia mempunyai kebiasaan yang unik ia suka memukul dirinya dengan
batu (Mark. 5:5). Kedua, dia super berani karena siang malam ia berkeliaran diantara
pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak (Mark. 5:5). Ketiga, dia super
bau, karena dia tinggal di pekuburan, diantara mayat-mayat yang membusuk (Mark.
5:2). Keempat, Dia super telanjang, karena Lukas menulis bahwa dia tidak
memakai baju (Luk. 8:27), jadi tanpa sehelai benang dia berlari kepada Yesus.
Suatu pemandangan yang luar biasa bagi murid-murid.
Yang kelima, yang terakhir
tetapi yang paling luar biasa, laki-laki ini super kerasukan, karena Alkitab
menyebutkan bahwa roh-roh jahat yang merasukinya menyebut namanya sebagai
Legion (Mark. 5:9). Kata Legion, merujuk pada jumlah tentara dalam satu divisi pasukan
tentara Romawi yang saat itu terdiri dari sekitar 6.000 prajurit pejalan kaki dan
700 penunggang kuda, jadi jumlah seluruhnya adalah 6.700 tentara. Jadi orang
ini dirasuki oleh banyak roh setan.2
Manusia super ini hidup
sendirian di tempat pekuburan dengan keadaan yang paling hina. Dia hidup terasing
dari kehidupan sosial. Dia di karantina degan sendirinya oleh kebiasaan
hidupnya. Orang-orang menjaga jarak dengannya dan tidak mau berhubungan dengannya
karena sangat takut padanya. Dia hidup seperti seekor binatang dan dikuasai
oleh setan.
Roh Nubuat menulis keadaan
hidup orang yang super kerasukan itu dan tujuan setan untuk membuat umat manusia
menjadi seperti dirinya. “Orang-orang malang, yang tinggal di pekuburan,
dikekang oleh setan, di dalam perbudakan hawa nafsu yang tidak terkendalikan
serta diliputi nafsu yang keji, menggambarkan bagaimana jadinya manusia jika
menyerah ke bawah pengawasan Setan. Pengaruh Setan tetap bekerja keras atas
manusia untuk mengharubirukan perasaan, menguasai pikiran supaya berbuat jahat,
dan mengajak melakukan keonaran disertai kekerasan dan kejahatan. Ia melemahkan
tubuh, menggelapkan pikiran, serta menghinakan jiwa. Apabila manusia menolak
undangan Juruselamat, berarti mereka menyerahkan diri kepada Setan. Banyak
orang di dalam setiap aspek kehidupan, di rumah tangga, dalam urusan dagang,
bahkan di dalam gereja, sedang melakukan hal ini pada masa sekarang. Hal ini
disebabkan perbuatan kekerasan serta kejahatan telah merajalela di seluruh
dunia, begitu pun kemerosotan akhlak, bagaikan kain kafan, melingkupi semua
tempat kediaman umat manusia. Melalui pencobaan-pencobaannya yang kelihatannya
sangat bagus Setan menuntun manusia menuju kepada yang lebih buruk serta jahat,
sehingga akhirnya kebusukan dan kebinasaanlah hasilnya”3
Melihat keadaan hidup orang
yang super kerasukan itu, mari kita memeriksa kehidupan kita saat ini: Apakah
kita hidup dalam perbudakan hawa nafsu yang tidak terkendalikan serta diliputi
nafsu yang keji? Apakah kita merasa hebat dan melupakan Allah? Apakah oleh
karena kesibukan pekerjaan, kita telah melupakan ibadah? Apakah karena mencari
harta dunia kita telah melupakan Sang Pencipta? Apakah kita merasa super secara
rohani seperti jemaat Laodekia dan mengabaikan karya penebusan Yesus? Jika
jawaban dari setiap pertanyaan di atas adalah Ya, maka sudah waktunya bagi kita
untuk bertobat.
Syukur Yesus dan murid-murid
datang di pantai Gerasa itu sehingga orang yang super kerasukan itu memiliki
pengharapan untuk diselamatkan. Roh Nubuat menjelaskan “Murid-murid beserta
kawan-kawan mereka berlari ketakutan… Yesus mengangkat tangan yang juga telah
menenangkan angin ribut, sehingga orang itu tidak dapat datang mendekat. Dia
berdiri dengan geramnya, tetapi tidak berdaya di hadapan Yesus. Dengan kuasa Yesus
memerintahkan supaya roh-roh jahat itu keluar darinya. Perkataan-Nya menembusi
kegelapan pikiran orang yang malang itu. Dia perlahan-lahan insaf bahwa Seorang
yang ada di dekat itulah yang dapat menyelamatkannya dari siksaan Setan.”4
Kisah orang yang super
kerasukan ini memberikan pengharapan bagi kita dalam menghadapi masalah dosa. Sebagai
manusia, kita sering jatuh ke dalam dosa. Tetapi kita jangan menjadi tawar hati.
Kita harus ingat bahwa Yesus dapat melepaskan kita dari dosa, meskipun dosa itu
sangat besar. Yakinlah bahwa kotoran super dapat dibersihkan dengan sabun super,
dan sabun itu adalah Yesus. “Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman TUHAN
-- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju;
sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu
domba.”(Yesaya 1:18).
Mari kita datang kepada Yesus
Kristus sambil mengakui dosa-dosa kita. Maka dia akan menyucikan kita dari
segala dosa dan kejahatan kita. “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa,
maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika
kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan
mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1
Yohanes 1:8,9)
Kisah dari orang yang super
kerasukan ini mengajarkan kepada kita juga tentang nilai dari satu jiwa. Yesus
menyembuhkan orang yang super kerasukan ini dengan mengorbankan sekitar 2000 ekor
babi. Jika kita hitung kerugian yang dialami oleh pemilik dari babi-babi itu,
kita akan mendapat nilai yang sangat besar. Saat ini harga satu ekor Babi di
pasaran kira-kira 2 juta rupiah, jika kita kalikan dengan jumlah babi yang
mati, maka kerugian yang dialami adalah sebesar 4 miliar rupiah. Sungguh suatu
nilai yang besar untuk satu jiwa. Satu dosa super membutuhkan anggaran yang
super.
Memang tidak adil untuk
menghitung nilai dari satu jiwa manusia untuk dibandingkan dengan 2000 ekor
babi. Karena kita tahu bahwa nyawa dari satu manusia itu sangat berharga dan tidak
dapat dibandingkan dengan apapun. Tetapi ini perlu kita pikirkan untuk menjadi
pelajaran berharga bagi kita yang saat ini sering menilai orang lain berdasarkan
kepemilikan materi.
Nilai satu jiwa sangat besar
di dalam pemandangan Yesus sehingga dia rela meninggalkan kemuliaan kerajaan
surga datang ke bumi dan mati di kayu
salib. Yesus sangat mengasihi kita sehingga dia mau melakukan segala sesuatu
walaupun itu sangat hina untuk menyelamatkan kita. Roh Nubuat menulis: “Nilai
satu jiwa, siapakah yang dapat mengukurnya? Apakah engkau ingin mengetahui
nilainya, pergilah ke Golgota dan di sana perhatikanlah bersama-sama Kristus
melalui jam-jam yang penuh sengsara, ketika Ia meneteskan keringat seperti
keringat darah. Lihatlah kepada Juruselamat yang disalibkan… Lihatlah kepala
yang terluka, tubuh yang tertikam, kaki yang dipaku. Ingatlah bahwa Kristus
menanggung semuanya itu. Untuk menebus kita, surga sendiri terancam. Di kaki
salib, dengan mengingat bahwa untuk satu orang yang berdosa Kristus mau
menyerahkan nyawa-Nya, engkau dapat menaksir nilai satu jiwa.”5
Roh Nubuat juga menulis, “Orang
kaya dan yang miskin, terpandang dan yang rendah, merdeka atau hamba, semuanya
adalah pusaka Allah. Ia yang telah menyerahkan nyawa-Nya untuk menebus manusia
melihat dalam diri setiap manusia satu nilai yang melebihi perhitungan manusia
fana. Dengan rahasia dan kemuliaan salib kita harus melihat nilai perhitungan-Nya
atas jiwa manusia. Apabila kita menilainya, kita akan merasakan bahwa manusia
serendah apa pun terlalu bernilai untuk diperlakukan dengan sikap dingin atau
hina. Kita harus menyadari betapa penting pekerjaan melayani sesama manusia,
agar mereka dapat ditinggikan kepada takhta Allah.”6
Di masa karantina atau jaga
jarak (social distancing) akibat pandemi virus corona ini, mari kita melepaskan
semua sifat superioritas kita. Sikap yang merasa bahwa diri kita ini lebih
hebat, lebih mulia, dan lebih rohani dari orang lain. Mari kita datang kepada
Yesus dengan kerendahan hati, meminta ampun dari setiap dosa dan kejahatan.
Mari kita menerima karya penebusan-Nya di kayu salib, untuk keselamatan kita,
karena Dia sangat menghargai kita. Dia sangat mengasihi kita. Amin.
1.
Seventh-day
Adventist Bible Commentary, vol. 5, hal. 603
2.
Ibid, 604
3.
Kerinduan Segala
Zaman, hal. 367
4.
Ibid, 363.
5.
Membina Kehidupan
Abadi, hal. 147.
6.
Membina Keluarga
Sehat, hal. 140
Komentar
Posting Komentar