MENGHADAPI BADAI CORONA

Jesus Stills the Storm


Sebuah iklan makanan ringan ‘Chitato’ memiliki semboyan “Life is Never Flat” (hidup tidak pernah rata), yang memberikan arti bahwa kehidupan pasti memiliki gelombang-gelombang seperti pada bentuk makanan ringan mereka. Semboyan itu benar karena di dalam kehidupan manusia pasti dipenuhi dengan gelombang-gelombang hidup, yaitu tantangan-tantangan atau masalah-masalah kehidupan. Ada yang kecil, ada yang besar, dan ada yang sangat besar.


Gelombang terbesar yang kita alami saat ini adalah virus corona, Covid-19. Virus ini telah menyebabkan banyak masalah di dunia. Masalah sosial, masalah ekonomi, masalah kemanusiaan, masalah kesehatan, dan banyak masalah yang lain; dari Lockdown, jaga jarak, hilang pekerjaan, kelaparan, kesendirian, sakit sampai pada kematian. Sebagai orang Kristen kita bertanya bagaimana cara untuk menghadapi masalah yang besar ini, bagaimana supaya kita dapat tetap bertahan dalam iman kepada Allah selama pandemi ini, dan dimanakah Allah saat kita menghadapi masalah besar ini?


Saya teringat sebuah kisah dalam Alkitab ketika Yesus bersama murid-murid-Nya menghadapi badai dalam Markus 4:35-41, mari kita membaca kisah ini, sambil mengambil pelajaran-pelajaran penting untuk menghadapi badai besar virus corona ini:


“Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." 36 Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. 37 Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. 38 Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" 39 Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. 40 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"41 Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"”


Ada 4 Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah ini ketika menghadapi setiap badai kehidupan termasuk badai besar virus corona yang kita hadapi sekarang ini:


Pelajaran pertama adalah BADAI PASTI AKAN DATANG. Ini adalah suatu kebenaran yang harus diketahui oleh semua orang Kristen, bahwa kita akan selalu menghadapi badai selama tinggal di dunia ini. Pada saat menghadapi masalah besar seperti virus corona ini, kita jangan merasa terkejut atau heran, Rasul Petrus menulis “Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.” (1Pet. 4:12).


Banyak orang Kristen tidak mengerti kebenaran ini, seperti para murid yang terkejut saat mereka harus menghadapi badai itu. Bukankah Yesus bersama dengan mereka? Tidakkah Allah akan melindungi Anak-Nya dan juga para pengikutnya? Mengapa badai ini bisa terjadi? Pertanyaan-pertanyaan para murid itu diulangi kembali pada saat ini: Kenapa virus Corona harus terjadi dalam kehidupan saya? Bukankah saya telah menerima Yesus? Bukankah Allah harusnya menjaga umat-umat-Nya? Kenapa semua hal ini harus terjadi? Dan banyak pertanyaan yang lain.


Menjawab semua pertanyaan itu, mari kita melihat pada pengalaman Abraham. Seseorang yang disebut sebagai bapa semua orang yang percaya (Roma 4:11). Kitab Ibrani menjelaskan kehidupannya: “Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya.” (Ibrani 6:15). Kata ‘sabar’ dalam ayat ini diambil dari kata Yunani ‘macrothumia’ yang memiliki arti panjang sabar (longsuffering), menjelaskan kepada kita gambaran kehidupan umat Allah yang harus selalu sabar dalam menghadapi setiap masalah kehidupan. Abraham sangat sabar menghadapi semua badai hidup, dan dengan demikian ia memperoleh apa yang telah di janjikan Allah kepadanya.


Sebagaimana Abraham kita harus sabar dalam menghadapi badai korona ini. Tanamkan dalam pikiran bahwa apapun yang terjadi, “saya akan tetap berada di dalam kapal (pengharapan) walaupun harus terlempar ke sana kemari oleh badai!” atau “Saya akan tetap bangkit meskipun saya sering jatuh oleh karena masalah-masalah kehidupan yang saya hadapi!.” Ingat perkataan Amsal “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana”(Amsal 24:16).


Pelajaran kedua dari kisah ini adalah PADA SAAT MENGHADAPI BADAI YESUS AKAN BERSAMA DENGAN KITA. Yesus tidak pernah membiarkan murid-murid-Nya sendirian. Kemanapun murid-murid pergi, Yesus pergi juga kesana, tetapi masalah yang dihadapi oleh murid-murid saat itu adalah Yesus bersama dengan mereka, tetapi ia sedang tertidur. Kenapa Yesus tertidur? jawabannya bisa dari dua alasan ini. Pertama, Ia sangat kelelahan karena telah melayani banyak orang pada hari itu, yang kedua, karena ia merasa damai karena sangat percaya kepada Bapa-Nya.


Hanya di ayat ini, satu-satunya di dalam Alkitab, yang mengatakan bahwa Yesus tertidur. Beberapa kali kita membaca bahwa ia tetap terjaga sepanjang malam dan berdoa. Bahkan berdasarkan pengalaman yang ada, adalah sesuatu yang “sangat aneh” untuk tertidur pada saat-saat seperti itu. Di dalam sebuah perahu dengan gelombang yang besar. Para murid mungkin bertanya bagaimana bisa Yesus dapat tertidur pada saat badai itu, ketika mereka sedang menghadapi bahaya. Bukankah seharusnya Ia harus selalu siap jika mereka memerlukan-Nya? Seperti saat ini kita semua berada ditengah-tengah badai virus corona dan kelihatannya Allah sedang tertidur dan tidak peduli dengan kebutuhan kita.


Jadi apakah jawabannya? Kenapa Yesus bisa tertidur? Apakah karena kelelahan ataukah karena kepercayaan-Nya kepada Allah? Perhatikan dua pertanyaan Yesus kepada murid-murid-Nya setelah ia menghardik angin rebut itu. Dua pertanyaan ini menjawab semua pertanyaan kita: “Ia menghardik para murid-Nya dan bertanya kepada mereka: “mengapa kamu begitu takut?” dan “mengapa kamu tidak percaya?” Dari pertanyaan Yesus itu, kita dapat mengetahui bahwa Yesus tertidur bukan karena Ia kelelahan tetapi karena Ia sangat percaya kepada Allah; dan Yesus juga mengharapkan hal yang sama terjadi kepada murid-murid-Nya dan bagi kita semua saat menghadapi badai virus Corona ini: “agar jangan takut dan selalu percaya kepada Allah.”


Pelajaran ketiga dari kisah ini adalah PADA WAKTU YANG TEPAT YESUS AKAN MENENANGKAN BADAI ITU. Pada awalnya ketika menghadapi badai, murid-murid berusaha dengan kekuatan mereka sendiri. Roh Nubuat menceritakan “Ditengah usaha mereka yang gigih untuk menyelamatkan diri sendiri, mereka lupa bahwa Yesus ada di dalam perahu. Sekarang, melihat usaha mereka sia-sia dan hanya kematianlah yang ada didepan mereka, mereka teringat siapa yang memerintahkan mereka untuk menyeberang danau itu. Hanya di dalam Yesus terdapat pengharapan mereka” (Alfa Omega vol. 5, hal. 359).


Murid-murid mengingat bahwa Yesus bersama-sama dengan mereka, dan dengan cepat mereka pergi membangunkan-Nya. Dan pada saat yang tepat, Yesus berdiri menenangkan badai itu. "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.” Pada saat yang tepat Allah akan menunjukkan kuasa-Nya untuk menghentikan badai kehidupan itu. Allah tidak pernah terburu-buru, dan alasan kenapa Ia tidak terburu-buru karena ia mengetahui dengan pasti kapan saat yang tepat ia harus bertindak.


Allah tidak bertindak dalam rencana dan waktu kita. Tetapi dalam waktu dan rencana Allah sendiri (Yes. 55:8, 9). Allah akan bertindak pada saat yang tepat, bukan pada saat yang tepat sesuai keinginan para muri-murid-Nya. Karena itu jangan khawatir, Allah sangat peduli dengan kehidupan kita. Ia tahu setiap situasi yang kita alami karena krisis virus corona ini. Ia peduli kepada kita dan waktu-Nya adalah tepat. “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11).


Paulus memberikan contoh tentang ketepatan waktu Allah: ”Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah.” (Roma 5:6). Pada saat yang tepat , sesuai dengan waktu Allah, Yesus menyelamatkan kita dari badai Dosa dan memastikan keselamatan kita.


Pelajaran ke empat dari kisah Yesus menghadapi badai bersama murid-murid-Nya adalah DENGAN ADANYA BADAI KITA AKAN LEBIH MENGENAL YESUS. Perhatikan apa yang ditulis Markus setelah Yesus meredakan badai itu: “Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?" (Markus 4:41). Semua orang menjadi sangat takut kepada Yesus.


Kalimat ‘mereka menjadi sangat takut” dalam bahasa Yunani digambarkan dengan jelas “ephobethesan phobon megan“ yang berarti “mereka sangat-sangat ketakutan” (they feared with great fear). Tadinya mereka sangat takut dengan badai, tetapi sekarang mereka sangat ketakutan kepada Yesus. Mereka menyadari bahwa Yesus adalah seseorang yang luar biasa. Seseorang yang dapat mengendalikan Alam. Mereka semua – murid-murid dan semua orang yang ada di danau itu - mereka kemudian ingin lebih mengenal Yesus, mereka bertanya “siapakah gerangan orang ini?”


Kita harus bersyukur pada saat ini karena badai virus corona yang kita hadapi. Kita percaya bahwa badai ini diizinkan Allah, dengan tujuan agar kita lebih mengenal Allah, untuk lebih mengenal siapa Dia sesungguhnya. Yakobus menyatakan: Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” (Yakobus 1:2-4)


Yesus akan meredakan badai corona ini, jika kita tetap percaya kepadanya, Roh Nubuat menyatakan “Bagaimanapun besarnya topan, orang orang yang berpaling kepada Yesus serta berseru “Tuhan, selamatkan kami,” akan mendapatkan kelepasan.” (Alfa dan Omega, Vol. 5, hal. 362). Sudahkah kita berpaling pada Yesus pada hari ini saat kita menghadapi badai topan corona? Jika belum mari kita datang kepada-Nya dan jadikan Dia sebagai TUHAN dan Juruselamat maka kita akan diselamatkan. “Dibuat-Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang. Mereka bersukacita, sebab semuanya reda, dan dituntun-Nya mereka ke pelabuhan kesukaan mereka.” (Mazmur 107:29,30)


“BAGAIMANAPUN HEBATNYA BADAI CORONA YANG KITA HADAPI SEKARANG, KITA HARUS INGAT BAHWA YESUS KRISTUS LEBIH LUAR BIASA HEBAT DARI BADAI CORONA INI. DIA DAPAT MENYELAMATKAN KITA.” Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UPAH KESOMBONGAN RAJA UZIA

KARAKTER ORANG BENAR DARI KITAB AMSAL

LAIN JIWA SI KALEB